Sejarah Desa

Sejarah Desa

Asal-usul tentang Desa Sugiharjo masih belum bisa dipublikasikan secara gamblang dikarenakan masih ada kesimpangsiuran antara narasumber satu dengan narasumber yang lainnya. terlepas dari itu, Sugiharjo mempunyai sisi sejarah yang menarik.

Dusun Winong

Dusun Winong yang terletak di Desa Sugiharjo Kecamatan Tuban kabupaten Tuban, menurut berbagai sumber dahulunya bernama Desa Cebolek, yaitu suatu desa yang keberadaannya jauh dari keramaian kota dan kebisingan deru kendaraan.

Desa yang sangat sunyi dan penuh dengan suasana religi ini pernah hidup seorang yang suci yang bernama Ahmad Muttamakin (Mbah Bolek). Beliau adalah seorang waliyullah yang telah melintasi perjalanan ritual yang tinggi dan telah berjasa besar dalam perintisan dan penyebaran agama Islam. Beliau menurut berbagai sumber, merupakan seorang wali yang berasal dari Persia (Zabul) Propinsi Kasan, Iran Selatan tetapi menurut penyelidikan dan keterangan para ahli yang sementara ini lebih diakui kevalidannya, beliau termasuk wali yang berasal dari Desa Winong (dahulunya Desa Cebolek).

Syaikh Ahmad Muttamakin pernah mendirikan sebuah masjid yang bernama Masjid Winong yang sekarang lebih popular dengan nama Masjid Karomah. Sebagaimana penuturan pengurus Masjid Karomah, masjid yang terletak persis di tepi sungai itu telah mengalami perbaikan beberapa kali karena pernah dilanda oleh banjir besar.

Di dalam masjid ini masih tersimpan berang-barang peninggalan beliau berupa klebut (kayu berbentuk lonjong agak bulat yang digunakan untuk menjemur kopyah haji) dan batu kecil yang berbentuk asbak. Didalam masjid ini pula, tumbuh sebatang pohon sawo kecik raksasa. Konon menurut kepercayaan sebagian penduduk, salah satu dari barang pusaka beliau berupa keris masih berada di pohon tersebut.

Masjid yang dibangun oleh Syaikh Ahmad Muttamakin dahulunya hanya terbuat dari welit (rumput liar), seiring dengan berjalannya waktu masjid tersebut mengalami kemajuan pembangunan yang sangat pesat, dikala kepengurusan (Juru Kunci) Mbah Ismail didirikan pula Gerbang menuju masjid, Menara Masjid dan lain-lainnya.

Dusun Mawot

Kata Mawot mungkin lebih familiar daripada Sugiharjo, tetapi asal-usul dari kata mawot masih belum banyak orang yang tahu. Dari keterangan Bapak Ahmad (Mantan KADES Desa Sugiharjo) penulis dapat menyimpulkan, bahwasanya pada zaman dahulu ada sungai-sungai yang membelah wilayah ini, sehingga masyarakat yang ingin menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya harus membuat jembatan-jembatan. Zaman dahulu jembatan dari beton (cor) belum ada, sehingga penduduk yang ada di wilayah ini memanfaatkan pohon asem jawa untuk dijadikan sebagai jembatan (wot).

Akhirnya dengan keadaan yang demikian, tempat itu oleh penduduk setempat disebut dengan istilah SEMAWOT yang notabene adalah singkatan dari asem dan wot, karena nama tersebut dirasa kurang sesuai kemudian dirubah menjadi MAWOT.

Asal Usul Dukuh Grudo

Menurut cerita penduduk dukuh Grudo, Grudo berasal dari kata garudo (burung garuda), penduduk menyakini bahwa dahulu kala didaerah ini banyak dihinggapi burung garuda, hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya batu gilang (batu yang mempunyai cekungan ditengahnya). Batu yang sekarang menjadi salah satu koleksi museum kambang putih ini, dipercaya warga sekitar dahulunya sebagai tempat minum burung garuda. Warga setempat beranggapan bahwa batu tersebut adalah batu keramat, oleh sebab itu batu yang telah diambil oleh Pemda Tuban untuk Koleksi Museum dibuatlah duplikat batu yang sama dan ditempatkan ditempat yang sama.
(https://mawotntuban.blogspot.com/)